Seputarpublik, Solo – Peringatan Haul atau hari wafat ke-111 Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi, Selasa (15/11/2022) di Solo benar benar ramai dibanjiri jamaah dari berbagai daerah tanah air, terutama dari pulau Jawa.
Bahkan capres 2024 partai Nasdem.Anies Baswedan turut hadir dalam peringatan haul ulama besar tersebut. Anies hadir ditemani tuan rumah Wali Kota Solo Gibran.
Para jamaah terlihat tumpah ruah memadati Masjid Riyadh Solo, tempat pusat acara haul, hingga meluber sampai ke Simpang Empat Baturono.
Siapakah Habib Ali? yang pada setiap haulnya mampu menyedot Jamaah dari berbagai daerah di tanah air.
Dikutip dari laman resmi Habib Novel Alaydrus, habibnovel.com, Habib Ali bernama lengkap Al-Habib Al-Imam Al-Allamah Ali bin Muhammad bin Husain Al-Habsyi. lahir di Qasam pada Jumat 24 Syawwal 1259 H/18 November 1843 M sebuah kota di negeri Hadhramaut, Yaman.
Habib Ali merupakan anak dari Habib Muhammad bin Husein Al Habsyi. Adapun nasab Habib Ali adalah Ali bin Muhammad bin Husein bin ‘Abdullah bin Syeikh bin Abdullah bin Muhammad bin Husein bin Ahmad Shahib Asy-Syi’b bin Muhammad Asghar bin Alwi bin Abu Bakar al-Habsyi bin Ali bin Ahmad bin Muhammad Asadullah bin Hasan at-Turabi bin Ali bin al-Faqih al-Muqaddam Muhammad bin Ali bin Muhammad Sahib Mirbath bin Ali Khali’ Qasam bin ‘Alwi bin Muhammad bin Alw bin Ubaidillah bin al-Muhajir Ahmad bin Isa bin Muhammad Nagib bin Ali al-Uraidhi bin Ja’far as-Shadiq bin Muhammad al-Baqir bin ‘Ali Zainal Abidin bin Husein bin Fathimah az-Zahra binti Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bin Abdillah.
Pada saat usia 7 tahun, ayah Habib Ali hijrah ke Mekah bersama tiga anaknya yang lain, yaitu Abdullah, Ahmad dan Husein. Sementara itu, di usia 11 tahun, beliau bersama ibundanya pindah ke Seiwun, supaya dapat memperdalam ilmu fiqih dan ilmu-ilmu lainnya, sesuai perintah Habib Umar bin Hasan bin Abdullah Al Haddad.
Di usia 17 tahun, Habib Ali pergi ke Mekah atas perintah ayahnya dan tinggal di sana selama dua tahun. Setelah itu, Habib Ali kembali ke Seiwun sebagai seorang alim dan ahli pendidikan.
Sementara itu, dikutip dari laman resmi Pondok Pesantren Al-Itqon, mak-alitqon.sch.id, Habib Ali pada usianya yang masih amat muda telah hapal Al-Qur’an sampai khatam, serta berhasil menguasai ilmu-ilmu zahir dan batin sebelum mencapai usia yang biasanya diperlukan untuk itu.
Sejak saat itu, ia diizinkan oleh para guru dan pendidiknya untuk memberikan ceramah dan pengajian. Habib Ali pun langsung menjadi pusat perhatian dan memperoleh tempat terhormat di hati setiap orang.
Selain aktif berdakwah, Habib Ali juga aktif menggemakan syiar Islam lewat pena. Di samping kitab Maulid Simthud Durar, ada pula karya lainnya yang disusun langsung olehnya maupun oleh murid-murid, para pengikut, dan keturunannya. Di antaranya adalah kitab-kitab kumpulan amalannya yang berisi wirid, hizib, ratib, dan lain-lain, yang sebagian besar berasal dari Al-Quran, hadits, dan amalan para ulama terkemuka.
Dua tahun sebelum wafat, Habib Ali kehilangan penglihatannya. Akhirnya pada waktu zuhur hari Ahad 20 Rabi’ul Akhir 1333 H/7 Februari 1915 M, di kota Seiwun, Hadhramaut, Habib Ali meninggal dunia.
Kala itu, jenazah Habib Ali disalatkan di halaman Masjid Riyadh pada keesokan harinya dan diimami oleh anak dan khalifah (penggantinya), Habib Muhammad. Jenazahnya lalu dikebumikan di sebelah barat Masjid Riyadh.
Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi meninggalkan lima anak dari dua istri. Salah satu dari antara anak-anaknya ada yang menetap di Kota Solo, yaitu Habib Alwi bin Ali Al-Habsyi merupakan pendiri Masjid Riyadh, Solo.
Nama masjid yang didirikannya di Solo itu sama dengan nama masjid yang didirikan Habib Ali di Hadhramaut, yaitu Masjid Riyadh. Habib Alwi pun kerap menyelenggarakan haul Habib Ali di Kota Solo.