Seputarpublik, Palas – Kepala Dinas Tenaga Kerja Kabupaten Padang Lawas (Kadis Naker Palas), yang diwakili Kepala Bidang Pelatihan Kerja dan Produktifitas Tenaga Kerja (Kabid Lattas), Muhammad Idrisman Mendefa, M.A.P., menjadi Pemateri Leadership Training (Pelatihan Kepemimpinan) atau Daurah Marhalah (DM 1) Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat Al-Jadid di Institut Teknologi dan Sains (Kampus ITS), Sibuhuan, Kec. Barumun, Kabupaten Padang Lawas, Senin (13/11/2023).
Pada kesempatan itu, materi yang disampaikan oleh Idris adalah Islam, Pemuda, dan Perubahan Sosial. “Materi ini sudah ditentukan oleh Panitia dalam surat Permohonan Menjadi Pemateri yang disampaikan oleh Panitia, Pengurus KAMMI Al-Jadid, dan Pengurus KAMMI Palas.” Kata Idris.
“Hari ini, kalian semuanya adalah agen perubahan. Selamat dan sukses buat kalian semua. Kalian pemuda hebat dan luar biasa. Siap ikut berperan dan berkontribusi dalam mengusung perubahan, menjadi penerus perbaikan, dan pengganti yang tidak sehat?” Tanya Idris. Semua peserta menjawab dengan lantang, “Siaaapp!!!”
Ada 4 poin yang disampaikan oleh Idris. POIN PERTAMA, Realitas Kondisi Pemuda Saat ini.
Dari hasil dialog Idris dengan Peserta. Peserta sudah mulai bisa melihat, keadaan dan situasi yang sedang mereka hadapi. Bahwa pemuda saat ini ada yang positif dan ada yang negatif.
Pemuda yang positif adalah, para pemuda yang mengikuti kegiatan yang positif. Misalnya pelatihan dan pendidikan. Sedangkan yang negatif adalah pemuda yang terlibat narkoba, malas bergerak (mager) karena dimanjakan oleh teknologi informasi, khususnya hape. Juga ada yang sudah berani melawan orangtua, baik di rumah, maupun di tengah lingkungan masyarakat.
Idris menambahkan, bahwa pemuda saat ini sedang dihadapkan pada beragam tantangan. Diantaranya, tantangan ekonomi, pendidikan, dan perubahan sosial. “Tantangan ekonomi misalnya, persaingan dalam mendapatkan kesempatan kerja, dan tekanan biaya kebutuhan hidup. Tantangan pendidikan, seperti kesenjangan akses untuk mendapatkan pendidikan yang layak dan berkualitas, serta perluasan pengetahuan untuk mengikuti perkembangan global. Dan dinamika perubahan sosial yang semakin cepat, juga berpengaruh kepada nilai dan identitas pemuda. Di satu sisi, pemuda meski terbuka terhadap perubahan, tapi di sisi lain ada identitas dan nilai yang harus dipertaruhkan.” Terangnya.
Namun menurut Idris, tantangan dan dinamika itu bisa dihadapi oleh pemuda dengan optimalisasi potensi yang ada. Pemuda masih memiliki energi, semangat, dan kreatifitas untuk mengambil peluang-peluang yang ada. Seraya juga, para pemuda memang membutuhkan dorongan dan mentor dalam menghadapi tantangan dan dinamika.
Pada POIN KEDUA, Idris memaparkan Fakta Historis Peran dan Kontribusi Pemuda dalam Perubahan.
Idris menyampaikan beberapa fakta sejarah. Mulai dari risalah kenabian, seperti siroh Nabi Yusuf as, kisah Nabi Musa as, tarikh Nabi Ibrahim as dan Ismail as, dan sejarah perjalanan Nabi Muhammad saw. Sampai pula kepada peristiwa heroik pemuda berusia 21 tahun yang membebaskan Konstantinopel, Muhammad Al-Fatih.
Idris membuka ingatan peserta kepada sejarah Negara Indonesia. Dimana, setidaknya peran pemuda dimulai sejak tahun 1900 an. Terinspirasi dari peran pemuda di berbagai belahan dunia, termasuk di Tiongkok dan Turki, tahun 1908 beberapa tokoh pemuda Indonesia mendirikan organisasi Budi Utomo.
Diikuti pula oleh pemuda di berbagai daerah nusantara. Beragam organisasi pemuda bermunculan. Tahun 1921, Muhammad Hatta membentuk Perhimpunan Indonesia (PI).
Tahun 1926 diadakanlah Kongres I Pemuda. Tanggal 27-28/10/1928 diselenggarakan Kongres II Pemuda di Jakarta. Lahirlah, Sumpah Pemuda.
Hasil dari perjuangan pemuda-pemuda itu, diproklamasikanlah Kemerdekaan Negara Indonesia pada tanggal 17/8/1945. Proklamatornya adalah Sukarno dan Hatta.
Setelah kemerdekaan muncul pula bermacam pemberontakan. Termsuk di dalamnya ada gerakan PKI. Puncaknya, tahun 1965 ada gerakan Pengkhianatan Pancasila oleh PKI yang mereka beri nama G/30/S/PKI. Para penggeraknya juga pemuda. Hanya saja, mereka adalah pemuda yang negatif. Mereka bergerak dengan cara negatif dan untuk kepentingan negatif.
Akhirnya, para pemuda yang positif pun bergerak untuk memberantas PKI. Begitulah seterusnya, pemuda turut serta dalam mengontrol, bahkan ada pula yang sudah terlibat menjalankan pemerintahan.
“Sampai pada tahun 1998, ada gerakan Reformasi oleh para pemuda termasuk mahasiswa. Hingga saat ini, pemuda masih berkontribusi, baik sebagai social of control, atau sebagai eksekutor. Nah, para penggerak, penggagas, inisiator gerakan itu adalah inspirator dan motivator pemuda untuk terus berperan aktif dalam perubahan.” Terangnya.
POIN KETIGA. Idris Mendefa menjelaskan tentang Peran Pemuda Islam dalam Kebangkitan Nasional dan Dunia.
Sampai kapan pun, pemuda Islam mesti berperan secara maksimal dalam mengusung kebangkitan Nasional. Pemuda bisa memulainya dari hal terkecil. Mulai dari diri sendiri. Mulai mengubah diri. Bangkit dari keterpurukan. Move on dari seluruh masalah yang mengganggu perasaan, fikiran, dan kehidupan.
“Pemuda harus mulai melakukan kebiasaan baru. Budaya malas saatnya ditinggalkan. Kultur manja dan santai di zona nyaman, mulai ditanggalkan. Berdiri, melangkah, bergerak, lakukan sesuatu dan banyak hal. Mulai mengubah diri menjadi pemuda yang positif, mulai jadi pemuda shalih. Agar bisa mengubah keadaan bangsa, melakukan perbaikan ummat, dan kebangkitan nasional.” Kata Idris.
POIN KEEMPAT, ialah Pemuda dengan Tiga Pilar, sebagai Pengusung Perubahan, Penerus Perbaikan, dan Pengganti yang Sakit.
“Ini artinya, pemuda tidak lagi sebagai penonton. Tapi pelakon. Tidak lagi korban. Tapi penerus perbaikan. Tidak lagi terkapar sebagai sesakitan, tapi adalah obat bahkan pengganti bagi yang berpenyakitan. Inilah yang perlu diperankan oleh pemuda untuk menghadapi tantangan dan dinamika perubahan sosial. Pemuda harus siap jadi pemimpin perubahan, di segala lini kehidupan.” Paparnya.
Sebut Idris, syaratnya agar pemuda bisa menjadi pemimpin perubahan cuma satu. Kompeten atau profesional. Yakni, memiliki kemampuan, kapasitas, kapabilitas, dan kualitas. Jika tidak, maka alamat pemuda akan tersingikir tak berguna, akhirnya negara bisa collaps (negara bisa tutup), bangsa bisa musnah.
Persaingan global baik di bidang ekonomi, pendidikan, dan sosial hari ini, sangat dipengaruhi media sosial internet, dan teknologi informasi yang semakin cangggih. Mau tidak mau, pemuda harus siap berkompetisi. Siap beradaptasi dengan tetap bisa mengendalikan diri dan menguasai sarana teknologi.
Dalam dunia usaha, kesempatan kerja, juga guna memperoleh akses pendidikan dan keterampilan, kompetensi dan profesionalisme sangat dibutuhkan. Itulah kenapa dalam Sistem Pelatihan Kerja Nasional juga mencakup pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja. “Nah, ini lahir dari Pendidikan dan Pelatihan.” Kata Idris.
Kompetensi ini pula yang mencakup, kemampuan spiritual, intelektual, dan phisikal. Ada hati yang yang harus dibina dengan iman. Ada otak atau fikiran yang mesti diisi dengan ilmu. Ada raga yang harus dibimbing dengan amal.
Inilah yang kita maksud dengan Tarbiyah Ruhiyah (spiritual education), tarbiyah fikriyah (intellectual education), dan tarbiyah jasadiyah (physical education).
Proses tarbiyah itu, berkelanjutan. Dari buaian sampai liang lahat. Karena memang tantangan dan dinamika kehidupan juga akan terus menerus sampai dunia berakhir.
Maka, untuk menjadi sukses dalam kehidupan, berhasil menjalankan agenda perubahan, sukses dalam kepemimpinan, berhasil menjalankan amanah apapun, harus ikut program pendidikan dan pelatihan. Harus aktif dalam pembinaan. Kontributif dalam tarbiyah. Karena tugas pemuda, selain menjadi shalih, juga mesti bisa menjadi mushlih. Disamping menjadi baik, harus pula bisa memperbaiki.
Dalam kompetensi dan profesionalisme itulah terkandung Character (ketulusan, keteguhan, ketabahan, keberanian, kejujuran, kedisiplinan, optimisme, dsb), Collaborative (kerjasama, kerja keras, produktivitas, dll), Connected (visi, kreatifitas, inovasi, komunikasi, kepedulian, dll). Inilah modal pemuda sebagai agent of change.
Demikian, beberapa rangkaian materi yang diberikan kepada 16 peserta pelatihan yang berasal dari berbagai desan dan kecamatan di Palas, ada yang kuliah di STAIBR Sibuhuan, STKIP Palas, dan ITS.
Idris menilai kegiatan pelatihan kepemimpinan yang menjadi bagian dari kegiatan wajib kaderisasi suatu organisasi, perlu dilestarikan dan didukung. Sebab, kaderisasi merupakan program inti dari suatu proses eksistensi kepemimpinan dalam organisasi. Dan dari kepemimpinan organisasi itu kelak, akan lahir pula kepemimpinan di suatu lingkungan dan daerah yang membawa agenda perubahan dengan semangat kebangkitan.
“KAMMI adalah organisasi mahasiswa yang kader-kadernya cukup militan. Sekalipun tantangan dan dinamika tetap ada. Namun, kader KAMMI sejauh ini, masih mampu menghadapinya. KAMMI Palas, meski kadernya masih terbilang minim, tapi mereka tetap berupaya mempertahankan komitmen dan eksis menjalankan perannya. KAMMI mendorong kebijakan-kebijakan Pemda, mengawal dan berupaya menyampaikan aspirasi masyarakat kepada eksekutif, legislatif, dan yudikatif. KAMMI juga melakukan aksi-aksi pendidikan, pelatihan, dan pemberdayaan. ” Kata Idris. (*)